Ngambon (Djanggleng)-Nasib kurang beruntung dialami oleh Warkam (54 tahun). Bagaimana tidak, belum
ada sehari menanam tembakau, sudah diguyur hujan deras pada malam harinya.
Petani dari Desa Sengon Kecamatan Ngambon ini sudah mempersiapkan dederan
(tunas tembakau) jauh-jauh hari untuk ditanam di sawahnya yang terletak di Desa
Bondol. Seperti biasa, Warkam bersama istrinya Parmi (48 tahun) datang ke
sawahnya dengan membawa sekitar 1.000 batang dederan tembakau. Sesampainya di
lokasi, mereka langsung turun ke sawah dan menanam satu persatu dederan tersebut.
Tak butuh waktu lama, dalam waktu kurang dari 3 jam, mereka sudah menyelesaikan
tugasnya. Esok harinya, keduanya dengan terpaksa memungut tunas tembakau yang
layu akibat guyuran hujan semalan. “Banyak yang rusak, apalagi benih yang masih
kecil”, kata Warkam, sambil mengambil tembakau yang rusak. Warkam tak menduga
tembakaunya akan rusak, karena siang harinya sangat terik dan cerah. Tak ada
tanda-tanda hujan apalagi mendung. Warkam mengaku, awalnya tidak berniat
menanam tembakau dengan pertimbangan harganya tak mampu menutup biaya penanaman
dan proses perawatan. “Mrepet, mas,” sahutnya dengan logat jawa.
Warkam adalah salah satu dari beberapa petani di wilayah Ngambon dan
sekitarnya yang mengaku berspekulasi menanam tembakau. Jika kebanyakan dari
mereka memilih menanam cabai dengan pertimbangan harga jual yang tinggi. Jika panen,
para tengkulak membeli cabai-cabai mereka dengan harga antara Rp. 20.000,00-Rp.
25.000,00 per-kg. Perawatan dan biaya pupuk yang relatif murah juga menjadi
pertimbangan lain para petani. Musim yang tak menentu, kadang panas kadang
hujan pada sore harinya, membuat musim tanam kali ini menjadi musim yang
membingungkan petani. “Bingung, mas. Mau tanam apa, lha wong musimnya gak jelas”,
kata Darmo, petani dari Desa Bondol. Jika tahun lalu menanam tembakau, lain
lagi musim ini. Darmo juga memilih menanam cabai daripada tembakau karena
perimbangan harga jual dan perawatan yang relatif mudah. “Kalau tanam tembakau,
takut gagal panen”, tukasnya. (kang/djanggleng)
0 komentar:
Posting Komentar