Re-Post dari http://kanalbojonegoro.com/
Puluhan warga dari pelosok desa tampak sibuk dihadapan laptopnya, sebelumnya mereka datang dengan menghafal lirik-lirik yel-yel yang telah dipersiapkan dengan matang. Adapula yang telah siap dengan seragam-seragam yang dibuat khusus untuk acara di pendapa kecamatan itu. Mereka adalah Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) dari desa-desa yang tersebar di lima hingga enam kecamatan di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur. “Lho ini tidak pakai yel-yel ?” pertanyaan yang rutin dilontarkan setiap kali acara serupa digelar di pendapa kecamatan lainnya.
Pada tahun 2014 ini,
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim) melalui Dinas
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) kembali melakukan pembinaan terhadap
Kelompok Informasi Masyarakat di tingkat desa. Kali ini, pembinaan lebih
praktis pada pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) sebagai penopang peran KIM di
masyarakat.
Secara geografis, tidak
semua wilayah di Bojonegoro dapat disebut memenuhi syarat untuk mengedepankan
TI sebagai sarana penyerapan dan penyebaran informasi, terutama bagi KIM yang
lokasinya berada di pelosok desa tanpa sinyal. Belum lagi masalah TI yang bagi
sebagian dari mereka adalah barang mewah, yang tentunya bukan hanya perlu
dilatih, melainkan harus diawali dengan pengenalan.
Maka tak heran, saat
Dinas Kominfo Bojonegoro melayangkan surat pemberitahuan mengenai Lomba KIM
untuk tingkat kecamatan, yang pertama dan paling dipersiapkan oleh para peserta
adalah Yel-Yel dan Seragam. Meskipun, dalam surat telah disebutkan bahwa Lomba
KIM di tingkat kecamatan, yang pesertanya dari KIM Desa, adalah Berbasis TI
dengan ketentuan membawa laptop dan modem, tetap saja mereka seolah tak kenal
dengan kalimat “Berbasis TI” tersebut.
Lomba KIM di tingkat
kecamatan se-Bojonegoro ini sendiri sudah digulirkan sejak awal bulan Mei 2014.
“Lomba ini sebagai bentuk apresiasi bagi warga desa, khususnya KIM yang
mempunyai dedikasi untuk daerahnya, terutama pemanfaatan TI dalam hal ini
internet sebagai media informasi dan belajar,” kata Kusnandaka Tjatur
Prasetija, Kepala Dinas Kominfo Bojonegoro.
Membentuk Agen Informasi
Secara langsung ataupun
tidak, konsep lomba KIM untuk tingkat kecamatan kali ini menjadikan wadah
pembentukan agen informasi di tingkat desa. Peserta disemangati dalam waktu
yang cukup panjang untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan aneka informasi,
tentunya menggunakan media internet.
“Ada tujuh tahapan dalam
lomba kali ini, dan ada pembagian wilayah untuk mencari peserta yang melaju ke
grand final,” kata Joko Suhermanto, Kepala Bidang Jaringan Komunikasi yang
membidangi pembinaan KIM di Bojonegoro.
Pada tahap awal,
mekanisme kepesertaan diserahkan ke tingkat kecamatan, yakni pihak kecamatan
menunjuk satu KIM desa sebagai peserta lomba. “Maka untuk satu kecamatan diwakili
oleh satu KIM Desa yang menjadi unggulan,” tambahnya. Uniknya, tak sedikit
perwakilan yang ditunjuk masih awam untuk bidang TI, padahal tak sedikit
desa-desa yang mempunyai KIM lebih siap di bidang TI dalam kecamatan yang sama.
“Seberapa banyak hambatan
yang berhasil dilalui adalah ukuran kesuksesan”
Adalah kalimat yang
menginspirasi Dinas Kominfo untuk melakukan pendampingan KIM kali ini. “Dengan
masih adanya peserta yang terbilang awam, maka otomatis kami akan mencetak KIM
berbasis TI yang baru, “ tambahnya.
Tahap selanjutnya adalah
technical meeting, yakni sosialisasi langsung mengenai aturan lomba sekaligus
pendampingan. Dengan dasar jalinan kerjasama yang telah dirangkai sejak lama,
dalam hal ini Dinas Kominfo mendapat tambahan tenaga untuk melakukan tahapan
ini, berbagai komunitas yang bergerak di bidang serupa, pendampinganpun
berjalan lancar.
“Ada Relawan TIK,
Komunitas Blogger dan praktisi profesional jurnalis, semua bersama-sama
membantu tahapan itu,” tambahnya. Dalam tahapan ini, para peserta diundang ke
salah satu pendapa kecamatan yang termasuk dalam pembagian wilayah kerjanya,
lalu dipaparkan mengenai aturan Lomba KIM Berbasis TI dan secara kilat dilatih
untuk mempunyai akun yang akan digunakan berinteraksi dan menyebarkan
informasi, disamping itu dijelaskan pula mengenai dasar-dasar jurnalistik.
Dalam waktu tiga jam,
seluruh peserta baik yang benar-benar awam maupun yang telah mengenal TI,
khususnya untuk penyebaran informasi. Email, Facebook, Twitter, dan Blog adalah
yang diwajibkan dipunyai oleh peserta KIM. “Setelah pelatihan, masing-masing
KIM didampingi oleh tim pendamping, ada yang dari RTIK, Komunitas Blogger,
maupun dari Kominfo melalui Media Center,” terangnya.
Tak ayal, warga desa itu
mendadak menjadi ‘wartawan’ mereka harus liputan, mengolah hasil liputan,
menyebarkan informasinya melalui akun-akun yang dimiliknya. Berbagai kendala
dihadapi oleh para peserta, masalah sinyal dan sikap skeptis warga desa
terhadap pemanfaatan TI sebagai tempat menyalurkan aspirasi.
Berbagai upaya dilakukan
oleh peserta, hal ini menunjukkan semangat dan dedikasi mereka dalam hal
penyebarluasan informasi berbasis internet. “Saya akhirnya memasang alat
tambahan di atas jendela, agar sinyal internet bisa saya tangkap dengan baik,”
kisah Djoko, salah satu aktifis KIM dari Desa Ngambon, Kecamatan Ngambon.
Lain lagi dengan
Sholihin, yang menjadi ujung tombak KIM dari Desa Dolokgede, Kecamatan
Tambakrejo. Ia yang bukan warga asli Dolokgede, setiap hari harus berjibaku
mengendarai motor pinjaman dari desanya ke Dolokgede. Memang dalam aturan lomba
KIM ini, peserta diperbolehkan merekrut dari luar wilayah, tentu atas
rekomendasi Pemerintah Desa dan Kecamatan.
Selain motor pinjaman,
Sholihin juga harus menumpang di sekolahan setempat untuk mengakses internet,
dengan pertimbangan biaya dan jarak warnet yang jauh, Sholihin memilih
menggunakan fasilitas tersebut. Tak hanya bertugas mengoperatori akun-akun KIM,
Sholihin juga harus melakukan liputan lengkap.
Maka, tak sampai sebulan
ratusan informasi mengenai potensi desa dan tips-tips yang bermanfaat untuk
warga desa telah tersebar melaui Twitter, Facebook dan Blog mereka. Secara
kebetulan, di akhir bulan mei, Bupati Bojonegoro, Drs H Suyoto MSi mengeluarkan
instruksi kepada para pejabat di lingkup Pemkab Bojonegoro untuk mempunyai akun
jejaring sosial, hal ini menambah semangat para peserta KIM untuk terus
mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan informasinya.
Menjadi Agen TI
![]() |
KIM Rumah Jati saat pertemuan ruitn bersama Pemdes |
Kriteria lain yang
menjadi penilaian adalah partisipasi masyarakat, tentunya dalam pemanfaatan TI.
Padahal, sikap skeptis warga desa masih mewarnai perjalanan KIM Desa dalam
pergulatannya. “Jangankan berpartispasi, belum-belum sudah ditanya yang
bukan-bukan oleh mereka,” tutur Didik, pendamping KIM dari Kecamatan Purwosari
mengisahkan keluhan KIM yang didampinginya.
Tak patah arang, mereka
lantas membuat berbagai terobosan untuk mensiasati hal ini, diantaranya dengan
melakukan pendekatan ke Pemerintah Desa setempat. Seperti yang dilakukan oleh
KIM dari Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, merkea mengagendakan pertemuan rutin
dengan Pemerintah Desa setempat sebagai wadah penyerapan aspirasi masyarakat.
![]() |
Alat Pemancar Wifi KIM Djanggleng |
Strategi lain adalah
dengan mengalah, yakni menerapkan konsep Jurnalisme Aspirasi Rakyat, yang
aktifitasnya adalah mewawancari rakyat dengan inti pertanyaan mengenai harapan,
keluhan, ide, kebutuhan warga di desanya masing-masing. Ada juga yang dengan
sukarela memasang banner dan poster yang berisi alamat akun KIM, sementara itu
KIM dari Desa Deru Kecamatan Sumberrejo, berencana akan menggelar launching KIM
mereka di balai desa.
Tak berhenti disitu,
hampir seluruh KIM memprogramkan pelatihan untuk warganya dalam hal pemanfaatan
TI. Tentunya dipilih materi yang ringan dan menyenangkan yakni jejaring sosial,
kesemuanya adalah bentuk dedikasi KIM di tingkat desa demi kemajuan desanya.
Dinkominfo Memfasilitasi
dan Memberi Apresiasi
Perjuangan dan kerja
keras yang dilakukan, mulai dari motor pinjaman, berburu sinyal, berjibaku
liputan, berhadapan dengan skeptisme warga yang dialami oleh peserta KIM hingga
pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran dari para pendamping, tidak lantas
menjadi sia-sia.
Dinas Kominfo melalui
Media Centernya telah memfasilitasi seluruh peserta KIM tersebut. Mereka terus
mendapat pendampingan melalui jejaring sosial ataupun secara langsung. “Lewat
Facebook, kami posting tentang kiat-kiat praktik jurnalistik, kalau memang
diperlukan kami akan datang ke lokasi untuk memberi pelatihan tambahan,” kata
Ramon, salah satu tim dari Media Center. Selain mengenai jurnalistik, di Media
Center juga mempunyai tim IT dengan fasilitas Klinik TI nya, termasuk masalah
desain.
Bentuk apresiasi lain
adalah dengan mengangkat postingan mereka ke media yang dikelola oleh Dinas
Kominfo Bojonegoro, baik itu cetak maupun elektronik. Bahkan, secara khusus
Media Center yang mengelola web site kanalbojonegoro.com akan mengajukan
program khusus bagi KIM yang ada di Bojonegoro ini.
Penghargaan lain adalah
pengalokasian dana untuk seluruh peserta lomba kali ini. “Jangan khawatir,
seluruh peserta yang mengikuti tata tertibnya akan dapat hadiah,” ujar Joko
Suhermanto dalam setiap kesempatan pertemuan dengan peserta Lomba KIM di
Bojonegoro. (*/mcb)
0 komentar:
Posting Komentar